Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan anak di tingkat Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ), sekelompok mahasiswa yang sedang menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) Ahmad Dahlan Mengabdi (ADI) Unit I.A.1 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) di Desa Hendea, Kecamatan Sampolawa, Buton Selatan, Sulawesi Tenggara, bekerja keras untuk merancang kurikulum yang inovatif dan berdaya guna. Upaya ini bertujuan untuk memberikan pengalaman pendidikan yang lebih menarik dan relevan bagi generasi muda di desa tersebut.
Mereka berkolaborasi dengan mahasiswa KKN dari kampus lain yang juga ditempatkan di Buton Selatan. Mereka yang terlibat di antaranya Fakhri Ilham Syarifudin (UAD), Salsabilla Fitri Ayu Rizky (UAD), Islam Madina (UAD), Dita Dwi Lestari (UMB), Nur Wahida Arsad (UMB), L.M. Wirya Mardani (ITBM Wakatobi), Melvy Septria Maghfirroh (UAD), Friska Aprilia (UM Buton), La Padu (ITBM Wakatobi), Rian Andika (UM Buton), Wa Ode Aksa (UM Buton), dan Fitriani (ITBM Wakatobi).
Dalam kurikulum yang mereka rancang, mahasiswa KKN memasukkan elemen-elemen pembelajaran yang menggabungkan ajaran agama, pengetahuan umum, serta aspek kreativitas dan keterampilan. Pendekatan ini diharapkan dapat membantu anak-anak mengembangkan potensi secara holistik, bukan hanya dalam hal akademis, tetapi juga etika dan nilai-nilai yang baik.
Salah satu inovasi yang mencuri perhatian adalah aspek kreativitas dan keterampilan dalam proses pembelajaran. Mahasiswa KKN merancang modul pembelajaran interaktif yang dapat diakses melalui keterampilan seni dan kreativitas. Ini tidak hanya membuat proses pembelajaran lebih menarik, tetapi juga memberikan akses yang lebih luas bagi anak-anak di desa tersebut.
Selain itu, mahasiswa KKN juga menggandeng penduduk lokal dan tokoh agama setempat dalam merancang kurikulum. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa nilai-nilai lokal dan kearifan lokal juga terintegrasi dalam proses pembelajaran. Partisipasi masyarakat dalam pembentukan kurikulum juga meningkatkan rasa memiliki dan komitmen terhadap pendidikan di TPQ.
Salah satu mahasiswa KKN, Sasa, menyatakan, “Kami merasa sangat bersemangat untuk berkontribusi dalam pendidikan anak-anak di desa ini. Kurikulum yang kami rancang tidak hanya berfokus pada pembelajaran formal, tetapi juga pada karakter dan keterampilan yang relevan dengan dunia masa depan.”
Upaya mahasiswa KKN dalam merancang kurikulum TPQ itu mendapat apresiasi dari pemerintah desa dan masyarakat setempat. Mereka diharapkan dapat menjadi agen perubahan yang memberikan dampak positif dalam perkembangan pendidikan di tingkat anak-anak.
Dengan kreativitas dan semangat mereka, mahasiswa KKN membuktikan bahwa pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk masa depan yang lebih baik. Keberhasilan rancangan kurikulum ini mengilhami kolaborasi lebih lanjut antara perguruan tinggi dan masyarakat dalam upaya memajukan pendidikan di wilayah pedesaan. (fakhri/roy)